Kisah Nyata Seorang
Wanita yang Koma di Tanah Suci, ini adalah kisah nyata yang ane kutip dari catatan FB Ust. Nasir.
Alhamdulillah beliau mau berbagi pengalaman beliau dengan kita semua. Dimana
bagi ane pribadi pengalaman ini sangat baik untuk menjadi renungan bagi kita
semua. Dan alhamdulillah beliau juga mengizinkan, bahkan merasa senang jika
kisah beliau ini dishare. Karena itu ane langsung bersemangat untuk
memostingnya, namun dengan perubahan bahasa, kebahasa indonesia tentunya tanpa
mengurangi artinya sedikitpun. Semoga ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan
silahkan juga di Share ke teman teman yang lain.! Berikut catatan kisah beliau:
Untuk renungan bersama
......
Selama hampir sembilan
tahun menetap di Mekah sambil mengurus jemaah haji dan umrah, saya telah
melalui berbagai pengalaman menarik dan juga pahit. Bagaimanapun, dalam
banyak-banyak peristiwa itu, ada satu kejadian yang pasti tidak akan saya
lupakan sampai kapanpun. Yaitu pengalaman terhadap seorang wanita yang
berusia 30-an. Kejadian itu terjadi ketika saya mengurus satu rombongan haji.
Setibanya wanita
tersebut dan rombongan haji di Lapangan Terbang Jeddah kami sambut dengan
sebuah bus. Semuanya nampak riang karena itulah kali pertama mereka mengerjakan
haji. Ketika sampai, saya membawa mereka menaiki bus dan dari situ, kami
menuju ke Madinah.
Alhamdulillah, segalanya
berjalan lancar hinggalah kami sampai di Madinah. Tiba di Madinah, semua orang
turun dari bus. Turunlah mereka seorang demi seorang sehingga tiba kepada
giliran seorang wanita.
Tapi tanpa sebab
apa-apa, ketika kakinya mencecahkan bumi Madinah, tiba-tiba wanita itu tumbang
tidak sedarkan diri. Sebagai orang yang dipertanggungjawabkan mengurus
jemaah itu, saya pun bergegas menuju ke arah wanita tersebut.
"Jemaah ni sakit”
kata saya pada jemaah-jemaah yang lain.Suasana yang tadinya tenang serta merta
bertukar menjadi cemas.
Semua jemaah nampak
panik dengan apa yang sedang terjadi.
"Badan dia panas
dan menggigil. Jemaah ni tak sedarkan diri, cepat tolong saya...kita bawa dia
ke rumah sakit," kata saya.
Tanpa membuang waktu,
kami mengangkat wanita tersebut dan membawanya ke RS Madinah yang terletak
tidak jauh dari situ.
Sementara itu, jemaah
yang lain diantar ke tempat penginapan masing-masing.
Sampai di RS Madinah,
wanita itu masih belum sedarkan diri. Berbagai usaha dilakukan oleh dokter
untuk memulihkannya, namun semuanya gagal.
Tibalah waktu petang,
wanita itu masih lagi koma. Sementara itu, tugas membimbing jemaah harus
saya teruskan. Saya terpaksa meninggalkan wanita tersebut terlantar di RS
tersebut. Namun dalam kesibukan menguruskan jemaah, saya menyempatkan diri
menghubungi RS Madinah untuk mengetahui perkembangan wanita
tersebut. Bagaimanapun, saya diberitahu dia masih tidak sedarkan diri.
Setelah dua hari, wanita
itu masih juga tidak sedarkan diri. Saya makin cemas, maklumlah, itu adalah
pengalaman pertama saya berhadapan dengan situasi seperti
itu. Memandangkan usaha untuk memulihkannya semuanya gagal, maka wanita
itu dihantar ke Hospital Abdul Aziz Jeddah untuk mendapatkan rawatan lanjut
sebab pada waktu itu RS di Jeddah lebih lengkap fasilitasnya dibandingkan RS
Madinah. Namun usaha untuk memulihkannya masih tidak berhasil. Jadual
haji mesti diteruskan. Kami bertolak pula ke Mekah untuk mengerjakan ibadat
haji. Selesai haji, sekali lagi saya pergi ke Jeddah.
Malangnya, ketika sampai
di Hospital King Abdul Aziz, saya diberitahu oleh doktor bahawa wanita tersebut
masih koma. Bagaimanapun, kata dokter, keadaannya stabil. Melihat
keadaannya itu, saya ambil keputusan untuk menunggunya di
hospital. Setelah dua hari menunggu, akhirnya wanita itu membuka matanya.
Dari sudut matanya yang terbuka sedikit itu, dia memandang ke arah
saya. Tapi sebaik saja terpandang wajah saya, wanita tersebut terus
memeluk saya dengan erat sambil menangis terisak- isak.
Maka sayapun
terkejut karena saya ini bukanlah mahramnya. Tambahan lagi ketika dia
tiba-tiba menangis??
Saya bertanya kepada
wanita tersebut, "Kenapa Saudari menangis?"
“Ustaz….saya taubat dah
Ustaz. Saya menyesal, saya takkan berbuat hal buruk lagi. Saya bertaubat,
betul-betul taubat."
"Kenapa pulak anda
tiba-tiba saja ingin bertaubat?" tanya saya masih heran.
Wanita itu terus
menangis terisak-isak tanpa menjawab pertanyaan saya itu.
Kemudian dia bersuara,
menceritakan kepada saya mengapa dia berkelakuan demikian, cerita yang bagi
saya perlu diambil iktibar oleh kita semua.
Katanya, "Ustaz,
saya ini sudah berumah tangga, kawin dengan lelaki kulit putih. Tapi saya
silap. Saya ini cuma Islam pada nama dan keturunan saja.
Ibadah satu apa pun saya
tak jalani. Saya tidak sembahyang, tidak puasa, semua amalan ibadah saya dan
suami saya tidak ada yang dijalani.
Rumah saya penuh dengan
botol arak. Suami saya itu saya sering saya tendangi, dan saya pukul-pukul
juga," katanya tersedu-sedu.
"Jadi kenapa anda
ingin pergi haji seperti ini?"
"Iyalah...saya
lihat orang pergi haji, jadi sayajuga ingin pergi."
"Jadi apa yang
menyebabkan anda menangis sampai seperti ininya. Apakah ada sesuatu yang anda
alami semasa sakit?" tanya saya lagi.
Dengan suara
tersekat-sekat, wanita itu menceritakan,
"Ustaz...Allah itu
Maha Besar, Maha Agung, Maha Kaya. Sewaktu koma itu, saya telah diazab dengan
siksaan yang benar-benar pedih atas segala kesalahan yang telah saya buat
selama ini.
"Benarkah
itu?" tanya saya, terkejut.
"Benar Ustaz.
Semasa koma itu saya telah ditunjukkan oleh Allah tentang balasan yang Allah
berikan kepada saya. Balasan azab Ustaz, bukan balasan syurga.
Saya merasa seperti
diazab di neraka. Saya ini seumur hidup tak pernah pakai jilbab. Sebagai
balasan, rambut saya ditarik-tarik dengan bara api.
Sakitnya tidak bisa
diungkapkan bagaimana sangkin pedihnya. Menjerit-jerit saya minta ampun minta
maaf kepada Allah."
"Bukan itu saja,
buah dada saya pun diikat dan dijepit dengan penjepit yang dibuat daripada bara
api, kemudian ditarik ke sana-sini...putus, jatuh ke dalam api neraka.
Buah dada saya rentang
terbakar, panasnya bukan main. Saya menjerit, menangis kesakitan. Saya masukkan
tangan ke dalam api itu dan saya ambil buah dada itu kembali."
Wanita itu terus
bercerita tanpa memperhatikan perawat2 dan pasien lain.
Tambahnya lagi, setiap
hari dia disiksa, tanpa henti, 24 jam sehari.
Dia tidak diberi peluang
langsung untuk istirahat atau dilepaskan dari hukuman. Selama waktu koma itu
dilaluinya dengan azab yang amat pedih. Dengan suara tersekat-sekat,
dengan air mata yang makin banyak bercucuran, wanita itu meneruskan ceritanya,
"Hari-hari saya
disiksa. Ketika rambut saya ditarik dengan bara api, sakitnya terasa seperti
tercabut kulit kepala. Panasnya pun menyebabkan otak saya terasa seperti
menggelegar.
Azab itu sangat pedih...
sangat pedih sekali...tak bisa diceritakan sangkin pedihnya."
Sambil bercerita, wanita
itu terus meraung, menangis terisak-isak. Nyatalah dia memang betul-betul menyesal
dengan kesalahannya dahulu.
Sayapun tertegun, kaget
dan menggigil mendengar ceritanya.
Begitulah balasan Allah
kepada umatnya yang ingkar.
"Ustaz...saya ini
nama saja Islam, tapi saya minum arak, saya main judi dan segala macam dosa
besar. Kerana saya suka makan dan minum apa yang diharamkan Allah, sewaktu
tkoma itu saya telah diberi makan buah-buahan yang berduri tajam. Tak ada
isi pada buah itu melainkan duri-duri saja, tapi saya harus makan buah-buah itu
karena saya memang sangat lapar.
"Ketika buah2 itu ditelan, duri-durinya menikam kerongkong saya dan ketika sampai ke perut, ia menikam perut saya juga. Sedangkan jari yang tercucuk jarum pun terasa sakit, ini pulalah duri-duri besar yang menyucuk kerongkong dan perut kita. Setelah buah itu habis saya makan, saya diberi makan bara-bara api.
Ketika saya masukkan
bara api itu ke dalam mulut, seluruh badan saya terasa seperti terbakar hangus.
Panasnya cuma Allah saja
yang tahu. Api yang ada di dunia ini tidak akan sama dengan panasannya api
tadi.
Setelah habis bara api, saya minta minuman, tapi...saya dihidangkan pula dengan minuman yang dibuat dari nanah. Baunya sangat busuk. Tapi saya terpaksa minum karena saya sangat kehausan. Semua terpaksa saya lalui...azabnya tidak pernah rasa, tidak pernah saya alami sepanjang saya hidup di dunia ini."
Setelah habis bara api, saya minta minuman, tapi...saya dihidangkan pula dengan minuman yang dibuat dari nanah. Baunya sangat busuk. Tapi saya terpaksa minum karena saya sangat kehausan. Semua terpaksa saya lalui...azabnya tidak pernah rasa, tidak pernah saya alami sepanjang saya hidup di dunia ini."
Saya terus mendengar
cerita wanita itu dengan tekun. Terasa sungguh kebesaran Allah.
"Masa diazab itu,
saya merayu mohon kepada Allah supaya berilah saya nyawa sekali lagi, berilah
saya peluang untuk hidup sekali lagi. Tak berhenti-henti saya memohon.
Saya kata saya akan buktikan bahawa saya tak akan ulangi lagi kesalahan yang
telah saya perbuat dahulu. Saya berjanji tidak akan mengingkari perintah
Allah dan akan jadi umat yg soleh. Saya berjanji kalau saya dihidupkan
kembali, saya akan perbaiki segala kekurangan dan kesilapan saya dahulu, saya
akan mengaji, akan sembahyang, akan puasa yang selama ini saya
tinggalkan."
Saya termenung mendengar
cerita wanita itu. Benarlah, Allah itu Maha Agung dan Maha Berkuasa.
Kita manusia ini tak
akan terlepas daripada balasannya. Kalau baik amalan kita maka baiklah balasan
yang akan kita terima, kalau buruk amalan kita, maka azablah kita di akhirat
kelak.
Alhamdulillah, wanita
itu telah menyaksikan sendiri kebenaran Allah.
"Ini bukan mimpi
ustaz. Kalau mimpi azabnya takkan mungkin sepedih itu rasanya.
Saya bertaubat Ustaz,
saya tak akan mengulangi lagi kesilapan saya yang dulu. Saya bertaubat... saya
taubat Nasuha," katanya sambil menangis-nangis.
Sejak itu wanita
berkenaan benar-benar berubah. Sewaktu saya membawanya ke Mekah, dia menjadi
jemaah yang paling warak. Amal ibadahnya tak henti-henti. Contohnya, kalau
wanita itu pergi ke masjid pada waktu maghrib, dia cuma akan balik ke kamrnya
lagi stelah sembahyang subuh.
"Maaf, tapi anda
hendaklah menjaga kesehatan anda juga, setelah selesai shalat isya anda kan
bisa kembali ke kamar untuk makan nasi dahulu, dan istirahat sejenak"
tegur saya.
"Gak papa ustaz,
saya ada membawa buah kurma, jadi bisa dimakan ketika saya merasa lapar."
jawabnya.
Menurut wanita itu,
sepanjang berada di dalam Masjidil Haram, dia mengqadakan semula sembahyang
yang ditinggalkannya dahulu.
Selain itu dia berdoa,
mohon kepada Allah supaya mengampunkan dosanya. Saya kasihan melihatkan keadaan
wanita itu, takut kerana ibadah dan tekanan perasaan yang keterlaluan dia akan
jatuh sakit pula.
Jadi saya menasihatkan
supaya tidak beribadah yang terlalu hingga mengabaikan kesihatannya.
"Gak bisa Ustaz.
Saya takut...saya sudah merasai pedihnya azab Tuhan. Ustaz tidak merasakan,
Ustaz tidak tau. Kalau Ustaz sudah merasakan azab itu, Ustaz juga akan menjadi
seperti saya. Saya betul- betul bertaubat."
Wanita itu juga berpesan
kepada saya, katanya, "Ustaz, kalau ada perempuan Islam yang tak pakai
jilbab, Ustaz ingatkanlah pada mereka, pakailah jilbab."
Cukuplah saya seorang saja yang merasakan siksaan itu, saya tidak mau wanita lainpun menjadi seperti saya.
Cukuplah saya seorang saja yang merasakan siksaan itu, saya tidak mau wanita lainpun menjadi seperti saya.
Sewaktu diazab, saya lihat ketetapan yang Allah beri ialah setiap sehelai rambut wanita Islam yang sengaja diperlihatkan kepada orang lelaki yang bukan mahramnya, maka dia diberikan satu dosa.
Kalau 10 orang lelaki
bukan mahram melihat sehelai rambut saya ini, bermakna saya mendapat 10
dosa."
"Tapi Ustaz, rambut
saya ini banyak jumlahnya, beribu-ribu. Kalau seorang tlihat rambut saya, ini
bermakna beribu-ribu dosa yang saya dapat. Kalau 10 orang yang melihat,
bagaimana? Kalau 100 orang melihat? Itu sehari, kalau hari-hari kita tidak
memakai jilbab macam saya ni??? Allah..."
"Saya berniat,
balik saja dari haji ini, saya akan minta tolong dari ustaz supaya mengajari
suami saya sembahyang, puasa, mengaji, untuk beribadah. Saya akan mengajak
suami saya pergi haji. Sebagaimana saya, suami saya tu Islam pada nama saja.
Tapi itu semua kesalahan saya.
Saya sudah berhasil membawanya
masuk Islam, tapi saya tidak membimbing dia. Bukan itu saja, sayapun malah yang
jadi seperti orang bukan Islam."
Sejak kembali dari haji
tersebut, saya tidak mendengar lagi cerita tentang wanita
tersebut. Bagaimanapun, saya percaya dia sudah menjadi wanita yang
benar-benar solehah. Apakah dia berbohong kepada saya tentang ceritanya diazab
ketika koma?
Tidak. Saya percaya dia
berbicara jujur. Jika dia berbohong, kenapa dia berubah dan bertaubat Nasuha?
Satu lagi, cobalah
bandingkan azab yang diterimanya itu dengan azab yang digambarkan oleh Allah
dan Nabi dalam Al-Quran dan hadith. Adakah ia bertolakbelakang?
Benar, apa yang berlaku
itu memang kita tidak dapat membuktikannya secara saintifik, tapi bukankah soal
dosa dan pahala, syurga dan neraka itu perkara ghaib?
Janganlah bila kita
sudah meninggal dunia, bila kita sudah diazab barulah kita mahu percaya bahawa
"Oh... memang betul apa yang Allah dan Rasul katakan. Aku
menyesal..." Itu dah terlambat.
REBUTLAH 5 PELUANG INI
SEBELUM TIBA 5 RINTANGAN
WAKTU KAYA SEBELUM
MISKIN, WAKTU SENANG SEBELUM SIBUK, WAKTU SEHAT SEBELUM SAKIT, WAKTU MUDA
SEBELUM TUA DAN WAKTU HIDUP SEBELUM MATI.
" SAMPAIKANLAH
PESANKU BIARPUN SATU AYAT...."
Source: @ http://ketikwww.blogspot.com/2012/01/kisah-nyata-seorang-wanita-yang-koma-di.html#ixzz2FyJTRmQ1
Kisah
Renungan Seorang Wanita dan Tukang Besi - Cerita Nyata Islami Ispiratif
Mengharukan
Kisah Renungan Seorang Wanita dan
Tukang Besi - Cerita Nyata Islami Ispiratif Mengharukan- Ketika si tukang besi sedang duduk di rumahnya melepas
lelah setelah seharian bekerja, tiba-tiba terdengar pintu rumahnya diketuk
orang. Si tukang besi keluar untuk melihatnya, pandangannya menubruk pada
sesosok wanita cantik yang tak lain adalah tetangganya.
“Saudaraku, aku menderita kelaparan. Jika bukan karena tuntutan agamaku yang menyuruh untuk memelihara jiwa (hifdz al-Nafs), aku tidak akan datang ke rumahmu. Maukah engkau memberikan makanan padaku karena Allah?” Tutur wanita itu.
Ketika itu, memang tengah datang musim paceklik (kemarau). Sawah dan ladang mengering. Tanah pecah berbongkah-bongkah. Padang rumput menjadi tandus hingga hewan ternak menjadi kurus dan akhirnya mati. Makanan menjadi langka, maka tak pelak kelaparan melanda sebagian besar penduduk desa itu. Hanya sebagian kecil yang masih bisa bertahan.
“Tidakkah engkau tahu bahwa aku mencintaim? Akan kuberi engkau makanan, tetapi engkau harus melayaniku semalam,” kata tukang besi itu.
Si tukang besi memang jatuh hati kepada tetangganya itu. Dia merayunya dengan berbagai cara dan taktik, namun tak juga berhasil meluluhkan hati wanita itu.
“Lebih baik mati kelaparan daripada durhaka kepada Allah,” ujar wanita itu lagi sambil berlalu menuju rumahnya.
Setelah dua hari berlalu, wanita itu kembali mendatangi rumah si tukang besi dan mengatakan hal yang sama. Demikian pula jawaban si tukang besi.
Ia akan memberi makanan asalkan wanita itu mau menyerahkan dirinya. Mendengar jawaban yang sama, wanita itupun kembali ke rumahnya.
Dua hari kemudian, wanita itu datang lagi ke rumah tukang besi itu dalam keadaan payah. Suaranya parau, matanya sayu, dan punggungnya membungkuk karena menahan lapar yang tiada tara. Ia kembali mengatakan hal serupa. Begitu pula jawaban si tukang besi, sama dengan yang sudah-sudah. Wanita itu kembali ke rumahnya dengan tangan kosong untuk kali ketiga.
Ketika itulah, Allah memberikan hidayah-Nya kepada si tukang besi. “Sungguh celaka aku ini, seorang wanita mulia datang kepadaku, dan aku terus berlaku dzalim kepadanya,” tutur tukang besi dalam hatinya. “Ya Allah aku bertaubat kepada-Mu dari perbuatanku dan aku tidak akan mengganggu wanita itu lagi selamanya.”
Si tukang besi itu bergegas mengambil makanan dan pergi ke rumah wanita itu. Diketuknya pintu rumah wanita itu. Tak lama berselang, kerekek…terlihat pintu terbuka dan muncullah sesosok wanita yang nampak kuyu. Melihat si tukang besi berdiri di depan pintu rumahnya, wanita itu bertanya, “Apa keperluanmu datang ke rumahku?”
“Aku bermaksud mengantarkan sedikit makanan yang aku punya. Jangan khawatir, aku memberinya karena Allah,” jawab si tukang besi itu.
“Ya Allah, jika benar apa yang dikatakannya, maka haramkanlah ia dari api di dunia dan akhirat,” tutur wanita itu seraya menengadahkan kedua tanganya ke langit.
Si tukang besi itu pulang ke rumahnya. Ia memasak makanan yang tersisa buat dirinya. Tiba-tiba secara tak sengaja bara api mengenai kakinya, namun kaki si tukang besi itu tidak terbakar. Bergegas ia menemui wanita itu lagi.
“Wanita yang mulia, Allah telah mengabulkan doamu,” ujar si tukang besi.
Seketika itu, wanita itu sujud syukur kepada Allah.
“Ya Allah engkau telah mewujudkan doaku, maka cabutlah nyawaku saat ini juga.” Terdengar suara lirih dari mulut wanita itu dalam sujudnya. Allah kembali mendengar doanya. Wanita itupun berpulang ke Rahmatullah dalam keadaan sujud.
Demikianlah kisah seorang wanita yang menjaga kehormatannya meskipun harus menahan rasa lapar yang tiada tara.
Setiap muslimah mestinya dapat mengambil i’tibar (pelajaran berharga) dari berbagai kisah wanita sholehah yang telah diuraikan di muka. Merekalah yang mestinya dijadikan suri tauladan dalam kehidupan keseharian, bukan para artis yang menawarkan gaya hidup hedonisme dan materialisme
Semoga tulisan sederhana ini membawa banyak manfaat bagi yang membacanya. Segala kesalahan adalah dari saya pribadi, untuk itu saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kebenaran itu mutlak milik Allah Azza Wa Jalla...Wallahu Musta'an
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika . .
Referensi : http://kembanganggrek2.blogspot.com/
“Saudaraku, aku menderita kelaparan. Jika bukan karena tuntutan agamaku yang menyuruh untuk memelihara jiwa (hifdz al-Nafs), aku tidak akan datang ke rumahmu. Maukah engkau memberikan makanan padaku karena Allah?” Tutur wanita itu.
Ketika itu, memang tengah datang musim paceklik (kemarau). Sawah dan ladang mengering. Tanah pecah berbongkah-bongkah. Padang rumput menjadi tandus hingga hewan ternak menjadi kurus dan akhirnya mati. Makanan menjadi langka, maka tak pelak kelaparan melanda sebagian besar penduduk desa itu. Hanya sebagian kecil yang masih bisa bertahan.
“Tidakkah engkau tahu bahwa aku mencintaim? Akan kuberi engkau makanan, tetapi engkau harus melayaniku semalam,” kata tukang besi itu.
Si tukang besi memang jatuh hati kepada tetangganya itu. Dia merayunya dengan berbagai cara dan taktik, namun tak juga berhasil meluluhkan hati wanita itu.
“Lebih baik mati kelaparan daripada durhaka kepada Allah,” ujar wanita itu lagi sambil berlalu menuju rumahnya.
Setelah dua hari berlalu, wanita itu kembali mendatangi rumah si tukang besi dan mengatakan hal yang sama. Demikian pula jawaban si tukang besi.
Ia akan memberi makanan asalkan wanita itu mau menyerahkan dirinya. Mendengar jawaban yang sama, wanita itupun kembali ke rumahnya.
Dua hari kemudian, wanita itu datang lagi ke rumah tukang besi itu dalam keadaan payah. Suaranya parau, matanya sayu, dan punggungnya membungkuk karena menahan lapar yang tiada tara. Ia kembali mengatakan hal serupa. Begitu pula jawaban si tukang besi, sama dengan yang sudah-sudah. Wanita itu kembali ke rumahnya dengan tangan kosong untuk kali ketiga.
Ketika itulah, Allah memberikan hidayah-Nya kepada si tukang besi. “Sungguh celaka aku ini, seorang wanita mulia datang kepadaku, dan aku terus berlaku dzalim kepadanya,” tutur tukang besi dalam hatinya. “Ya Allah aku bertaubat kepada-Mu dari perbuatanku dan aku tidak akan mengganggu wanita itu lagi selamanya.”
Si tukang besi itu bergegas mengambil makanan dan pergi ke rumah wanita itu. Diketuknya pintu rumah wanita itu. Tak lama berselang, kerekek…terlihat pintu terbuka dan muncullah sesosok wanita yang nampak kuyu. Melihat si tukang besi berdiri di depan pintu rumahnya, wanita itu bertanya, “Apa keperluanmu datang ke rumahku?”
“Aku bermaksud mengantarkan sedikit makanan yang aku punya. Jangan khawatir, aku memberinya karena Allah,” jawab si tukang besi itu.
“Ya Allah, jika benar apa yang dikatakannya, maka haramkanlah ia dari api di dunia dan akhirat,” tutur wanita itu seraya menengadahkan kedua tanganya ke langit.
Si tukang besi itu pulang ke rumahnya. Ia memasak makanan yang tersisa buat dirinya. Tiba-tiba secara tak sengaja bara api mengenai kakinya, namun kaki si tukang besi itu tidak terbakar. Bergegas ia menemui wanita itu lagi.
“Wanita yang mulia, Allah telah mengabulkan doamu,” ujar si tukang besi.
Seketika itu, wanita itu sujud syukur kepada Allah.
“Ya Allah engkau telah mewujudkan doaku, maka cabutlah nyawaku saat ini juga.” Terdengar suara lirih dari mulut wanita itu dalam sujudnya. Allah kembali mendengar doanya. Wanita itupun berpulang ke Rahmatullah dalam keadaan sujud.
Demikianlah kisah seorang wanita yang menjaga kehormatannya meskipun harus menahan rasa lapar yang tiada tara.
Setiap muslimah mestinya dapat mengambil i’tibar (pelajaran berharga) dari berbagai kisah wanita sholehah yang telah diuraikan di muka. Merekalah yang mestinya dijadikan suri tauladan dalam kehidupan keseharian, bukan para artis yang menawarkan gaya hidup hedonisme dan materialisme
Semoga tulisan sederhana ini membawa banyak manfaat bagi yang membacanya. Segala kesalahan adalah dari saya pribadi, untuk itu saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kebenaran itu mutlak milik Allah Azza Wa Jalla...Wallahu Musta'an
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika . .
Referensi : http://kembanganggrek2.blogspot.com/
Related
Posts
Tidak ada komentar:
Posting Komentar